Belajar dari Jepang: Mengapa Tidak ada Penjarahan di Jepang?

Tsunami Jepang

Menghormati Properti Walau dalam kondisi bencana

Mengapa Tidak ada penjarahan di Jepang ketika bencana Tsunami 11 Maret Lalu?

Masih ingatkah kita akan bencana gempa yang disusul Tsunami yang melanda Jepang 11 April 2011 lalu? Bencana yang diperkirakan menelan 20.000 korban tewas itu masih banyak meninggalkan cerita, mulai dari krisis ekonomi yang menghantui, kerusakan transportasi dan infrastruktur sampai krisis nuklir yang tak kalah mengancam.

Tetapi dibalik itu semua ada setitik cahaya terang yang bagi kita merupakan hal yang langka kita temui di Bumi Pertiwi ini atau bahkan dunia. Hal tersebut adalah solidaritas yang kuat diantara masyarakat Jepang yang terkena bencana.

Dari sebuah tulisan di blogs.telegraph.co.uk dikatakan bahwa solidaritas tampak sangat kuat di Jepang sendiri. Suatu hal yang mungkin nampak lebih mengesankan daripada kekuatan teknologi Jepang adalah kekuatan sosial. Supermarket rela memotong harga dan pemilik penjualan mesin memberi minuman minuman gratis kepada orang lain yangbersama-sama berusaha bertahan hidup. Dan hal yang paling terasa adalah, tidak ada penjarahan.

Hal ini merupakan suatu hal yang luarbiasa dalam budaya manusia, dan ini mungkin tidak akan terjadi di Inggris. Selama banjir 2007 di West Country mobil rusak yang ditinggalkan dan paket gratis air minum hilang. Ada penjarahan di Chili setelah gempa tahun lalu – begitu banyak sehingga harus diturunkan tentara; di New Orleans, badai Katrina terlihat penjarahan pada skala mengejutkan.

Mengapa beberapa budaya bereaksi terhadap bencana beralih pada setiap orang untuk dirinya sendiri, tetapi yang lain – terutama Jepang – memperagakan altruisme walau dalam kesulitan?

Nampaknya kita pun di Indonesia harus banyak Belajar dari Jepang dalam hal ini.

Leave a comment